Zainstaluj Steam
zaloguj się
|
język
简体中文 (chiński uproszczony)
繁體中文 (chiński tradycyjny)
日本語 (japoński)
한국어 (koreański)
ไทย (tajski)
български (bułgarski)
Čeština (czeski)
Dansk (duński)
Deutsch (niemiecki)
English (angielski)
Español – España (hiszpański)
Español – Latinoamérica (hiszpański latynoamerykański)
Ελληνικά (grecki)
Français (francuski)
Italiano (włoski)
Bahasa Indonesia (indonezyjski)
Magyar (węgierski)
Nederlands (niderlandzki)
Norsk (norweski)
Português (portugalski – Portugalia)
Português – Brasil (portugalski brazylijski)
Română (rumuński)
Русский (rosyjski)
Suomi (fiński)
Svenska (szwedzki)
Türkçe (turecki)
Tiếng Việt (wietnamski)
Українська (ukraiński)
Zgłoś problem z tłumaczeniem
Gue coba telepon lu, tapi nggak nyambung, jadi gue cuma bisa ninggalin pesan di sini. Bagaimanapun juga, dia itu perempuan lu, jangan terlalu kejam. Sebagai saudara, ini satu-satunya yang bisa gue bantu buat lu.
Beberapa hari lalu gue ketemu dia, dia nanya soal lu. Gue bilang lu baik-baik aja. Dia minta gue bilang ke lu kalau dia sama sekali nggak benci lu. Dia bakal jagain anak lu baik-baik, dan sekarang anak itu makin mirip sama lu. Dia juga bilang lu harus fokus kerja, jangan kerja mati-matian, kesehatan itu penting, apalagi dulu badan lu juga nggak begitu sehat.
Oh iya, anak lu sekarang udah bisa manggil "Papa." Pas gue denger, gue sampe nangis. Dan lu, dasar brengsek, masih aja sibuk main game.